Lelaki Bodoh Itu

“Dia akan datang”

“Dia akan datang”

“Dia pasti datang”

“Iya, dia pasti akan datang”

Buliran air mengalir membasahi wajah Ahsan, sesekali ia menyekanya. Sekujur tubuhnya basah. Udara dingin menusuk hingga tulang. Kedua telapak tangannya diadunya untuk mencari sedikit kehangatan. Hujan sore itu turun dengan derasnya, sehingga memaksa Ahsan beranjak dari bangku taman yang ia tempati sedari tadi. Ia kemudian bernaung di balik  dahan-dahan pohon flamboyan yang bersesakan, memecah air hujan menjadi buliran-buliran kecil, melindungi tubuhnya dari hantaman air hujan yang keras.

Jam 5 lewat 37 menit, guman Ahsan dalam hati saat melihat jam tangan tak merek yang ia kenakan. Ia kembali memandangi sekelilingnya, pandangan yang penuh harapan. Sedari tadi ia menunggu. Seharusnya dia sudah muncul di hadapannya sejam yang lalu. Seharusnya dia sudah selesai bekerja. Seharusnya dia …

*****

“Sebentar ya, lagi ada kerjaan.

“iya, semangat ya!”

Ahsan melepasnya dengan senyuman. Memang waktu itu masih terlalu pagi, jam tangannya masih menunjukkan pukul 9 lewat 44 menit. Saat ini dia pasti sangat sibuk dengan pekerjaannya. Ahsan menunggu, duduk manis di bangku taman dengan pohon flamboyan yang menaunginya dari panas sinar matahari yang menyengat. Menanti dia datang setelah bergulat dengan pekerjaannya.

Seharusnya sabtu ini dia libur sebagaimana yang lainnya. Namun, karena ada pekerjaan yang mendesak dan harus disiapkan senin lusa maka dia harus mengorbankan hari liburnya.

*****

“mas, besok temenin adik seharian ya”

“emang mau ke mana kita besok?”

“ke mana ya? Ke Mall atau kita ke pantai, mas”

“oke, liat besok aja”

Langkah Ahsan terhenti di sebuah kedai kecil, sekembalinya ia dari menunaikan shalat isya menuju bangku penantiannya. Ia mendengarkan suara yang tidak asing baginya. Benar, suara seseorang yang ia nanti sedari tadi, sedari pagi.

Ahsan  menyandarkan tubuhnya di tembok yang letaknya hanya beberapa meter dari kedai tersebut. Jantungnya berdebar dengan kencang. Ia kemudian terduduk lesu, seribu tanya terlintas di dalam benaknya.  Mencari jawab atas peristiwa yang baru dialaminya.

Sebuah bungkusan ia keluarkan dari dalam sakunya, memandanginya kemudian tersenyum. Itu adalah sebuah bungkusan berbentuk kotak kecil yang ia bawa. Bungkusan yang telah dibalutinya dengan begitu rapi yang ia siapkan untuknya. Bungkusan yang sepertinya tidak akan pernah sampai kepadanya.

Ahsan menghirup udara malam yang dingin menusuk, berdiri, beranjak dari tempatnya dan berlalu …………

Pos ini dipublikasikan di fiksi. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Lelaki Bodoh Itu

  1. wisren berkata:

    saya pinjem gambarnya yaaa

    makasii ^___^

Tinggalkan komentar